maju tak gentar

maju tak gentar
maju tak gentar

sma katolik wijaya kusuma blora

Powered By Blogger

recent post

INI ADALAH TEMPAT MENAMPILKAN KREATIFITAS & PROFILE XI.IPS2 TOYAMA BUAD KALIAN YANG INGIN UPLOAD KREATI HUB. KITA, DI IPS 2 SMA KATOLIK WIJAYA KUSUMA BY GINANJAR FEELAR.W

Pengikut

Rabu, 10 Desember 2008

panduan membuat blog by anjar

· 6 komentar

Mungkin ada diantara anda-anda yang belum tahu tentang blog dan bertanya-tanya tentang blog, maka saya akan mengulas sedikit tentang blog menurut versi saya sendiri.

1. Apa itu Blog ?

Blog ( singkatan dari Web log) adalah situs yang sifatnya lebih pribadi, yaitu lebih berat kepada penggambaran dari si pembuat blog itu sendiri.

Blog dibuat oleh para desainer penyedia blog agar bekerja secara otomatis dan mudah untuk dioperasikan , jadi bagi kita-kita yang masih bingung dengan bahasa pemrograman untuk membuat sebuah website tidak jadi persoalan. Apabila anda sudah bisa membuat sebuah account email di internet, maka dalam membuat blog pun saya yakin anda bisa.

2. Cara membuat blog

Seperti halnya e-mail, dalam membuat blog pun kita harus mempunyai sebuah account terlebih dahulu, oleh karena itu silahkan daftarkan diri anda terlebih dahulu di free blog provider (penyedia hosting/domain blog gratis). Free blog provider sangatlah banyak terdapat di internet dan beberapa yang populer saat ini adalah http://www.blogger.com, http://www.wordpress.com serta http://blogsome.com.

Dalam kesempatan kali ini saya akan mengulas tentang cara pembuatan blog di http://www.blogger.com, Silahkan anda klik dibawah untuk mendaftar.



Setelah anda berada pada situs blogger.com, anda akan melihat gambar seperti gambar di atas. Silahkan lakukan langkah-langkah berikut ini :

Klik tanda anak panah yang bertuliskan " CIPTAKAN BLOG ANDA "


Isilah Alamat Email dengan alamat email anda (tentunya yang valid)


Isikan kembali alamat email anda tadi pada form Ketik ulang alamat email


Tuliskan password yang anda inginkan pada form Masukkan sebuah password


Isikan kembali password anda tadi pada form Keyik ulang sandi (password)


Isi Nama Tampilan dengan nama yang ingin anda tampilkan


Tulis tulisan yang tertera pada form Verifikasi Kata. Beri tanda tik/cek pada kotak di pinggir tulisan Saya menerima Persyaratan dan Layanan.


Klik gambar anak panah yang bertuliskan "LANJUTKAN"


Tuliskan judul blog yang anda inginkan (nanti bisa di rubah lagi) pada form Judul Blog


Tulis nama situs anda pada form Alamat Blog (URL)


Tulislah tulisan verifikasi yang ditampilkan pada form Verifikasi kata, jika sudah selesai klik gambar panah yang bertuliskan "LANJUTKAN".


Pilihlah gambar (template) yang anda inginkan (nanti bisa di rubah lagi), kemudian klik gambar anak panah yang bertuliskan "LANJUTKAN"


Setelah keluar tulisan "Blog Anda telah di iptakan". Klik gambar panah bertuliskan "MULAI POSTING". Silahkan anda tuliskan semau anda, jika sudah selesai klik tombol "MEMPUBLISKAN POSTING".


3. Isi ( Content ) blog :

Bagi para pemula, biasanya mereka bingung setelah daftar membuat blog apa yang harus di isi( diposting ) dalam sebuah blog. Isi ( content ) dari sebuah blog tentu saja terserah kepadasi pemilik blog itu sendiri, apakah mau di isi puisi, perjalan hidup, teknik, ataupun apa saja. Nah di sini saya menyarankan, isilah blog anda tersebut dengan minat ataupun hoby serta keahlian anda sendiri, karena tentu saja di luar sana banyak sekali orang yang tentunya sama minat dan hoby nya dengan anda, sehingga mereka akan tertarik untuk membaca tulisan-tulisan anda.

lanjut e mas...... Read More......

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

· 0 komentar

Sebelum kita dapat membahas isu-isu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) kita perlu membahas secara lebih dalam isu-isu dan prioritas untuk pendidikan yang bermutu dan tujuannya KBM dalam proses mengarah ke pendidikan yang bermutu.

Apakah tujuan KBM adalah untuk menyampaikan informasi tertentu (pengetahuan) atau mengajar salah satu "skill" (keterampilan) kepada pelajarnya? Atau ada tujuan yang lebih luas?

Kami masih ingat pada waktu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) baru muncul di Indonesia secara formal. Di lapangan banyak guru sedang bingung. Bingung karena ada beberapa hal termasuk banyak kompetensi yang disebut dalam kurikulum yang bukan kompetensi, atau sangat sulit diukur. Salah satu masalah besar adalah guru-guru bingung karena mereka tidak dapat percaya bahwa mereka akan punya cukup waktu untuk mengajar les masing-masing untuk menyampaikan dan "assess" (menilaikan) begitu banyak kompetensi.

Padahal ini bukan masalah karena kita tidak perlu mengajar kompetensi-kompetensi itu masing-masing. Di dalam satu kelas kita dapat mengajar beberapa kompetensi sekalian dan juga assess beberapa kompetensi sekalian.

Sebenarnya di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam waktunya bila memakai KBK atau tidak.

Apa itu Pendidikan Yang Bermutu?

Sebetulnya ada banyak definisi untuk pendidikan yang bermutu tetapi kami merasa bahwa definisi ini dari UNICEF (di bawah) adalah cukup lengkap:

Pelajar yang sehat, mendapat makanan bergizi yang cukup dan siap berpartisipasi dalam proses belajar, yang didukung dalam proses pembelajaran oleh keluarga dan linkungannya.

Environmen yang sehat, aman, melindungi dan "gender-sensitive", dan menyediakan sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas yang cukup.

Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar "basic skills", khusus "literacy, numeracy and skills for life", dan pengetahuan mengenai isu-isu seperti "gender, health (kesehatan), nutrisi, HIV/AIDS prevention and peace (kedamaian)".

Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran "child centered" di kelas dan sekolah yang di-manage dengan baik dan di mana ada penilaian yang baik untuk melaksanakan pembelajaran dan menurunkan isu-isu perbedaan.

Outcomes yang termasuk pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap, dan berhubungan dengan tujuan-tujuan (goals) nasional untuk pendidikan dan partisipasi sosial yang positif.

Bagaimana kita dapat melaksanakan Pendidikan yang Bermutu di Indonesia?

Yang pertama kita harus sadar bahwa kesehatan adalah isu pendidikan. Itu sebabnya Pendidikan Network mempunyai bagian berita khusus "Pendidikan & Kemiskinan" karena isu-isu kemiskinan dan kesehatan adalah dua faktor yang sangat mempengaruhi mutu pendidikan (untuk semua) di negara kita.

"Environmen yang sehat" Puluhan ribu sekolah di negara kita adalah rusak atau ambruk. Kalau kita menuju pendidikan yang bermutu "untuk semua" ini harus sebagai prioritas utama terhadap keadilan di bidang pendidikan. Walapun sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas adalah isu yang sangat penting semua siswa-siswi di Indonesia berhak untuk mengakses sekolah yang aman dan nyaman.

"Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar basic skills". Kurikulum adalah isu yang terus perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan siswa-siswi untuk menghadapi masa depan dengan keberanian dan kreativitas, kalau negara kita berharap kemajuan.

Biasanya ada tiga kurikulum sebetulnya; kurikulum nasional, kurikulum daerah (mungkin konten lokal termasuk bahasa), dan kurikulum sekolah (mencerminkan keinginan dan kebutuhan lingkungan sekolah termasuk masyarakat dan industri). Kurikulum sekolah adalah isu yang sangat penting dan dapat di bentukkan dalam kegiatan ekstra-kurikular untuk menambah pembelajaran agama, sosial, kemandirian, keterampilan yang berhubungan dengan industri lokal (kejuruan), dll. Kurikulum sekolah dapat sangat membantu dengan isu-isu mutu SDM.

"Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran child centered"
Apa maksudnya "child centered"? Child centered adalah sistem pembelajaran di mana fokus pembelajaran adalah dengan pelajar bukan guru. Guru sebagai fasilitator atau manajer proses pembelajaran. Misalnya di TK guru-guru sering mengajar anak-anak lewat kegiatan mainan. Di dalam kegiatan-kegiatan ini adalah pembelajaran misalnya pembelajaran isu sosial, hitung, bergambar, cerita dalam kata-kata sendiri, keterampilan kreativitas, dll.

Di tingkat SD sampai SMP sudah ada banyak contoh dan bukti penghasilan dari proses "Child Centered Learning" yang disebut Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif yang Menyenangkan (PAKEM) atau Pembelajaran Kontekstual di situs Basic Education (MBE).

Di tingkat SMU kita masih dapat menyaksikan banyak kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah menengah yang belum Student Centered. Mungkin karena masih banyak guru belum kenal dengan proses, atau seperti kami sudah mendengar di lapangan bahwa guru-guru masih ragu-ragu bahwa mereka dapat selesai menyampaikan kurikulum dalam waktunya kalau menggunakan proses PAKEM. Padahal lewat proses PAKEM siswa-siswi dapat belajar sangat cepat maupun enjoy (nikmat) pembelajaran sambil menambah pembelajaran "life skills" misalnya manajemen, kemandirian, penelitian, dll, sambil belajar topik utama#.

#Ingat di atas bahwa kami sebut "di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam waktunya bila memakai KBK atau tidak"

Ini adalah salah satu isu yang sangat membedakan sekolah nasional dengan sekolah internasional. Beberapa sekolah nasional sudah melaksanakan proses pembelajaran kontekstual misalnya Madania di Parung, Bogor, Jawa Barat.

Di Perguruan Tinggi kita dapat menyaksikan kegiatan belajar mengajar di kebanyakan kelas yang paling pasif. Proses pembelajarannya biasanya sangat 'dosen centered' dengan mahasiswa/i dalam keadaan DM (duduk manis) dan jarang terkait dalam proses pembelajaran.

Apakah harus begini? Pasti Tidak!

Dosen-dosen, sama dengan guru-guru di sekolah, wajib untuk mengaktifkan mahasiswa/i dalam proses pembelajaran. Kita perlu menggunakan strategi-strategi, walapun kelasnya adalah besar, di mana mahasiswa/i adalah seaktif mungkin dalam proses pembelajaran.

Apakah anda yang dosen yang membaca ini pernah ikut program seminar yang ceramah atau pidato sepanjang hari? Apakah anda ingin tidur atau pulang? Sekarang kebanyakan presenter menggunakan laptop dan data projector. Apakah ada bedanya? Setelah dua atau tiga presentasi apa anda ingin tidur atau pulang juga? Sama saja kan?

Yang akan paling meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah kalau kita di semua tingkat pendidikan menghidupkan/mengaktifkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), bukan isu seperti teknologi.

Teknologi Pendidikan adalah alat bantu untuk di mana ada kesempatan untuk meningkatkan mutu KBM, tetapi teknologinya harus cocok dan tidak perlu terlalu canggih. Kalau kita sering menggunakan teknologi yang sama, bila paling canggih, pelajar kita juga akan cepat mulai bosen. Sering teknologi yang paling membantu tujuan KBM kita adalah yang paling sederhana.

lanjut e mas...... Read More......

Cara Mudah Membuat Banner

· 0 komentar

Untuk membuat banner (Link Baner) tentunya merupakan hal yang mudah bagi yang mengerti software2 desain seperti Adobe Photoshop, Image Ready, Corel Draw dll. Tapi bagi yang tidak tahu dengan software2 tersebut pastilah merasa sulit. Tapi jangan kawatir dan jangan berkecil hati, berikut ini akan aku tunjukkan cara yang mudah untuk membuat link banner tanpa harus mengerti software2 desain. Hanya dengan memilih dan sedikit otak-atik maka kamu nantinya bisa memiliki link banner yang cukup menarik. Mau tahu caranya?

Cara membuatnya sangat mudah, yaitu:
1. Buka situs http://cooltext.com
2. Disana nanti akan langsung terpampang macam-macam banner yang disediakan. Kamu tinggal pilih baner yang kamu suka.
3. Setelah itu akan muncul fomr untuk menstting banner yang telah km pilih tadi. Kamu bisa mensetting textnya, warna text, warna background, ukuran, effect, dll.
4. Kalo sudah merasa cocok lalu klik tombol "Rander Logo"
5. Tunggu sebentar sampai proses rendering selesai.
6. Maka bannermu akan langsung jadi, km bisa mengambilnya dengan mengklik link "Download Image". dan simpan banner kamu.
7. Biasanya file bannernya akan berupa file gif.

Setelah km mendapatkan bannernya maka langkah selanjutnya supaya bannernya bisa kamu pasang yaitu dengan menguyplaod file tadi ke webhosting. Kamu bisa menguplaodnya di photobucket.com. disanan nanti kamu akan mendapat link untuk banner kamu.

Trus untuk memasang supaya bisa menjadi seperti yang ada dibawah ini, maka ikutilah langkahnya klik disini

lanjut e mas...... Read More......

Selamanya Laskar Pelangi

· 0 komentar


Pekan-pekan terakhir, bisa dipastikan, film “Laskar Pelangi” tengah mengharubiru seluruh penonton di tanah air. Ikal, Lintang, Kucai, Bu Mus, dan sejumlah tokoh-tokoh lain dalam buku kreasi Andrea Hirata itu, kini tengah berjuang menawarkan inspirasi menjalani hidup melalui layar perak.


Jauh sebelum membaca novel inspiratif itu, dan tentu saja, jauh sebelum film itu digarap, saya mendapati kehidupan Laskar-laskar Pelangi di daerah lain. Di hamparan Pulau Pasir Padangan – gusung yang dijadikan pemukiman seluas sekitar satu kilometer – di tengah Selat Muna, saya menjumpai anak-anak sekolah seusai Ikal dan kawan-kawan. Mereka anak-anak suku Bajo di daerah Sulawesi Tenggara.

Beberapa setelah turun dari perahu nelayan, mereka menyambut saya dan teman-teman dari Tim Potret dengan suka cita. Mereka melompat-lompat kegirangan. Berteriak. Dan, beberapa di antaranya mencoba menyapa dalam Baong Same (bahasa suku Bajo). Kami hanya tersenyum. Sementara, saya sendiri lebih asyik merekam aksi-aksi mereka melalui handycam di tangan saya, untuk melengkapai kamera obyektif Teguh Prihantoro (kamerawan Potret).


Ketika, kamera Teguh mengarah kepada kami, saya langsung “menguji” anak-anak Bajo itu dengan pertanyaan-pertanyaan kewiraan paling dasar, seperti nama negara dan nama presiden. Khususnya, menyangkut presiden kita yang sekarang, yang katanya paling populer.


“Siapa presiden kita sekarang?”


Mereka hanya senyum-senyum. Saya mengulang pertanyaan itu. Lagi-lagi, mereka hanya tersenyum. Kalaupun ada mencoba menjawab, ternyata ia menyebutkan nama presiden terdahulu. Artinya, mereka tidak mengenal pak SBY.


“Sudah sekolah? Kelas berapa?” tanya saya kepada seorang bocah berambut merah dan berpakaian dekil.


“Kelas satu,” katanya.


“Saya juga kelas satu,” kata anak yang lain.


“Ada yang kelas dua?” tanya saya lagi.


“Semua anak di Pasar Padangan kelas satu. Tidak ada yang kelas dua,” kata seorang anak perempuan. Umurnya saya taksir sekitar 12. Jadi, sudah cocok masuk tingkat SMP. Yang pasti, anak-anak di pulau itu semuanya kelas satu SD!


Di kesempatan lain, ketika saya mengunjungi Dusun Datai di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh – perbatasan antara Jambi dan Riau – saya juga menjumpai anak-anak usia sekolah suku Talang Mamak. Lokasi dusun sangat terpencil. Untuk berjalan kaki, paling tidak dibutuhkan tiga hari.


Untuk kebutuhan gambar, saya juga meminta teman-teman dari Fakultas Sosiologi Universitas Riau – teman seperjalanan Tim Potret saat itu – untuk membuka kelas darurat. Seperti juga kepada anak-anak suku Bajo, kepada anak-anak suku Talang Mamak juga diajukan pertanyaan-pertanyaan ringan soal negara dan presiden kita.


“Ada yang tahu, kita ada di negara mana?” tanya Ayek, mahasiswa yang saya dorong menjadi guru dadakan itu.


Mereka diam. Mulutnya terkunci rapat. Ekspresinya wajah anak-anak itu begitu lugu dan seakan kosong.


Ayek mengulang pertanyaannya berkali-kali. Tapi, feedback yang diberikan anak-anak tetap sama. Diam seribu bahasa. Dan, tak jawaban yang bisa didapat.


“Ada yang tahu, siapa presiden kita yang sekarang?”


Mulut anak-anak makin terkunci rapat. Mereka menatap Ayek. Tapi, tatapannya kosong. Jauh dari kesan peduli. Apalagi berani mempresentasikan kepintaran otaknya. Akhirnya, Ayek capek sendiri. Dia yang bertanya, dia pula yang menjawab.


Anak-anak suku Bajo dan anak-anak suku Talang Mamak itu memang berbeda jauh dengan Ikal dan kawan-kawan di Belitong tempo dulu. Anak-anak itu tertinggal banyak dalam segi apa pun dibandingkan siswa SD Muhammadiyah Gantong itu. Sekali lagi, dalam segi apa pun. Termasuk, motivasi dan kegigihan bertarung. Entah karena faktor geografis yang begitu terpencil, entah karena persoalan kultur yang masih kolot, dan seribu entah yang begitu dijabarkan oleh siapa pun.


Perbedaan lain yang sangat mencolok dan bisa menghujam hati kecil kita, anak-anak itu ada di masa sekarang! Bahkan, kalau mau dirinci lebih gamblang, jutaan anak-anak usia sekolah senasib dan sependeritaan seperti anak-anak suku Bajo dan anak-anak suku Talang Mamak itu bertebaran laksana rumput di padang savana. Tengoklah Papua, Maluku, NTT, Kalimantan, bahkan di Pulau Jawa sendiri, Ikal-Ikal masa sekarang menghamburkan keterpurukan dunia pendidikan di negeri ini.


Maka, bersyukurlah bila novel dan film “Laskar Pelangi” bisa menjadi inspirasi untuk memanfaatkan anggaran pendidikan yang Insya Allah menjadi 20 persen dalam APBN tahun depan dengan sebaik-baiknya. Artinya, tepat sasaran dan tepat guna. Lebih khusus lagi, bisa menjangkau anak-anak usia sekolah yang justru, selamanya menjadi “Laskar Pelangi”.


Selain itu, tanpa harus bergantung kepada pemerintah dengan anggaran yang telah ditambah itu, sudah pasti siapa pun dituntut untuk berlomba-lomba memunculkan Ikal, Lintang, Mahar, dan Laskar-Laskar Pelangi lain, di daerahnya. Termasuk para orangtua yang juga harus gigih mendorong anaknya menjadi pintar, cerdas, dan tahu siapa presiden negara ini?

lanjut e mas...... Read More......

Jumat, 05 Desember 2008

Tips Mencari Ide dalam Postingan

· 2 komentar

November 15, 2008 By: pranajayas Category: Tips


Selama ini banyak teman-teman pemula (termasuk saya) yang ingin belajar ngeblog akan tetapi selalu saja terbentur pada masalah klasik berikut ini, yaitu bagaimana sih memulai untuk menulis atau apa sih yang mau kita tulis dalam blog itu, terkadang setelah membuka dashboard pada new post blog mereka dan mulai berusaha untuk menulis namun yang tertinggal hanya draft postingan yang gak kujung terpublish

Menurut pengalaman saya pribadi kunci utama agar kita bisa menghasilkan sebuah postingan atau sebuah artikel adalah dengan cara banyak-banyak membaca karena semakin banyak yang kita baca maka otomatis semakin banyak pengetahuan yang kita peroleh sehingga dengan demikian akan lebih mudah untuk membuahkan sebuah pemikiran yang akan kita tuangkan dalam bentuk tulisan, selain itu kita juga bisa mendapatkan informasi dari tempat lain seperti blog walking atau pun dari media mana saja yang dapat menambah pengetahuan kita, nah inilah salah satu ke indahan dalam dunia blogging yang mungkin sulit didapat ditempat lain, seorang blogger dituntut untuk selalu memberikan informasi yang selalu up to date sehingga pengetahuan mereka pasti akan terus bertambah, jadi blogger menghindari kita untuk jadi orang bodoh.


Berikut ini tips yang biasa saya pergunakan jika sedang tidak ada ide atau tulisan yang dapat saya buat diantaranya adalah :

- Tentunya yang pertama adalah selalu aktif untuk membaca, baik itu dengan blog walking atau dari media informasi lainnya.
- Terkadang jika lagi gak punya waktu saya hanya memposting pada blog saya tentang review atau sekedar memberi komentar pada blog orang lain yang tentunya saya publish pada blog saya.
- Jika dapat ide untuk menulis segera saja tulis diblog anda jangan tunggu nanti karena bisa lupa dan terkadang timbul rasa males, walaupun belum bisa terselesaikan yang penting tulisan sudah terpublish terlebih dahulu dan diakhir postingan ada buat bersambung,.. jika memang tulisan itu belum selesai
- Jika memungkinkan waktu anda keluar dari rumah bawa digital camera dan ambil gambar yang anda rasa menarik karena dengan visualisasi (foto) tentunya akan membantu kita untuk mempermudah menentukan topic yang hendak kita bahas nantinya


Nah demikianlah Tips menulis untuk mendapatkan ide yang sering dan biasa saya lakukan dan menurut saya lumayan berhasil untuk diterapkan, apalagi bagi pemula seperti saya ini, selamat mencoba dan happy blogging.

lanjut e mas...... Read More......

Pendidikan Bermutu di tengah Pentas Budaya Instan

· 0 komentar

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Zaman sudah berubah. Semua orang maunya serba cepat. Jadinya, cenderung mengabaikan proses tapi ingin segera mendapat hasil. Apalagi di negara dengan etos kerja rendah seperti Indonesia. Akibatnya, budaya instan mulai masuk ke setiap kehidupan kita. Hidup di zaman modern seperti sekarang ini segala sesuatu dapat kita dapatkan dengan mudah, praktis dan cepat. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Mau ngobrol dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet. Ingin belanja atau makan di restoran tapi malas keluar, tinggal pesan lewat telepon atau beli lewat situs. Mau transaksi —transfer uang, bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa— tidak perlu susah-susah ke bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone. Bagi cewek-cewek yang ingin rambut panjang tidak perlu harus menunggu sampai berbulan-bulan. Cukup tunggu ½ jam saja dengan teknik hair extension, rambut bisa panjang sesuai keinginan.




Maklum, orang makin sibuk. Malas direpotkan dengan hal-hal ribet. Maunya serba instan. Salahkah itu?, selama masih mengikuti hukum alam, serba instan itu sah-sah saja. “Hidup yang baik dan sukses adalah hidup yang sesuai dengan proses alam”. Sampai level tertentu teknologi bisa kita pakai untuk mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat sesuai hukum alam. Kemajuan teknologi dan tuntutan zaman, memungkinkan kita mendapatkan sesuatu serba cepat. Tetapi tidak asal cepat. Kualitas harus tetap terjaga. “Padi 100 hari baru panen itu bagus”. Tapi ingat itu ada yang bisa dipercepat. Mestinya, hasilnya harus lebih baik. Jadi, cepat, baik dan bermutu harus berlangsung bersama.
Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat orang enggan bersusah payah. Tak mau melewati proses. Alias malas. Yang penting cepat !. Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Berorientasi hanya pada hasil. Proses tidak penting. Parahnya, “virus” itu sudah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Ingin sukses dengan cara instan. Jadilah, banyak orang korupsi, punya gelar palsu, beli skripsi, ijazah aspal, asal lulus, cepat kaya lewat penggandaan uang dan lain sebagainya. Kalau memang berat, membosankan dan ketinggalan zaman mengapa kita harus bermutu? Kalau ada cara cepat yang memberi hasil, mengapa tidak dicoba?. Lebih lanjut, sekarang ini sudah terjadi pergeseran nilai di masyarakat. Orang makin individualis dan cenderung melecehkan hak orang lain. Untuk mengejar kesuksesannya, orang tak ragu-ragu mengorbankan orang lain.



Pendidikan Cenderung Dibisniskan.



Munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan perguruan tinggi kita untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini cenderung dipakai sebagai ajang bisnis. Pola promosi yang memberikan kemudahan dan iming-iming hadiah merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak ada inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia pendidikan, karena akhirnya masyarakat bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri, melainkan hanya mengejar gelar untuk prestise. Kondisi pendidikan tinggi saat ini cukup memprihatinkan. Ada PTS yang mengabaikan proses pendidikan. Bahkan ada PTS yang hanya menjadi mesin pencetak uang, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal Ini yang membuat persaingan menjadi semakin tidak sehat.



Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-akalan, juga cenderung menghalalkan segala cara untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-banyaknya, dengan promosi yang terkadang menjebak dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Apakah ini gambaran pendidikan berkualitas ?. Bahkan ada beberapa PTS di Jakarta yang memainkan range nilai untuk meluluskan mahasiswanya, karena mereka takut, ketika selesai ujian akhir (UTS/UAS) banyak mahasiswanya yang tidak lulus alias IP/IPK nasakom. Sehingga mereka lulus dengan angka pas-pasan yang sebenarnya mahasiswa tersebut tidak lulus. Dalam hal ini semua pihak harus melakukan introspeksi untuk bisa memberi pelayanan pendidikan yang berkualitas. Kopertis, harus bersikap tegas menindak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang melanggar dan mensosialisasikan aturan yang tak boleh dilanggar oleh PTS. Pengelola perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan. Kunci pengawasan itu ada secara bertahap di tangan Ketua Program Studi, Direktur, Dekan, Rektor dan Ketua Yayasan.

Tantangan Lulusan Sarjana di Era Informasi.



Ketika para sarjana memadati berbagai arena bursa kerja untuk menawarkan ilmu dan ijazah mereka, iklan-iklan penerimaan mahasiswa baru juga nyaris memenuhi halaman-halaman surat kabar. Dua fenomena tersebut ironis. Promosi Perguruan Tinggi untuk menjaring calon mahasiswa sama "gencarnya" dengan peningkatan pengangguran lulusan. Di sisi lain, perlu diajukan pertanyaan, kualifikasi apakah sebenarnya yang disyaratkan oleh para pencari tenaga kerja lulusan sarjana Perguruan Tinggi ini ?



Jawaban yang diperoleh para peneliti umumnya adalah campuran kualitas personal dan prestasi akademik. Tetapi pencari tenaga kerja tidak pernah mengonkretkan, misalnya, seberapa besar spesialisasi mereka mengharapkan suatu program studi di Perguruan Tinggi. Kualifikasi seperti memiliki kemampuan numerik, problem-solving dan komunikatif sering merupakan prediksi para pengelola Perguruan Tinggi daripada pernyataan eksplisit para pencari tenaga kerja. Hasil survei menunjukkan perubahan keinginan para pencari tenaga kerja tersebut adalah dalam hal kualifikasi lulusan Perguruan Tinggi yang mereka syaratkan.



Tidak setiap persyaratan kualifikasi yang dimuat di iklan lowongan kerja sama penting nilainya bagi para pencari tenaga kerja. Dalam prakteknya, kualifikasi yang dinyatakan sebagai "paling dicari" oleh para pencari tenaga kerja juga tidak selalu menjadi kualifikasi yang "paling menentukan" diterima atau tidaknya seorang lulusan sarjana dalam suatu pekerjaan.



Yang menarik, tiga kualifikasi kategori kompetensi personal, yaitu kejujuran, tanggung jawab, dan inisiatif, menjadi kualifikasi yang paling penting, paling dicari, dan paling menentukan dalam proses rekrutmen. Kompetensi interpersonal, seperti mampu bekerja sama dan fleksibel, dipandang paling dicari dan paling menentukan. Namun, meskipun sering dicantumkan di dalam iklan lowongan kerja, indeks prestasi kumulatif (IPK) sebagai salah satu indikator keunggulan akademik tidak termasuk yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan.



Di sisi lain, reputasi institusi Pendidikan Tinggi yang antara lain diukur dengan status akreditasi program studi sama sekali tidak termasuk dalam daftar kualifikasi yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan proses rekrutmen lulusan sarjana oleh para pencari tenaga kerja.



Ada kecenderungan para pencari tenaga kerja "mengabaikan" bidang studi lulusan sarjana Dalam sebuah wawancara, seorang kepala HRD sebuah bank di Cirebon menegaskan, kesesuaian kualitas personal dengan sifat-sifat suatu bidang pekerjaan lebih menentukan diterima atau tidaknya seorang lulusan Perguruan Tinggi. Misalnya, posisi sebagai kasir bank menuntut kecepatan, kecekatan, dan ketepatan. Maka, lulusan sarnaja dengan kualitas ini punya peluang besar untuk diterima meskipun latar belakang bidang pendidikannya tidak sesuai. Kepala HRD itu mengatakan, "Saya pernah menerima Sarjana Pertanian dari Bogor sebagai kasir di bank kami dan menolak Sarjana Ekonomi manajemen dari Bandung yang IPK-nya sangat bagus."



Kualifikasi-kualifikasi yang disyaratkan dunia kerja tersebut penting diperhatikan oleh pengelola Perguruan Tinggi untuk mengatasi tidak nyambung-nya antara Perguruan Tinggi dengan dunia kerja dan pengangguran lulusan. Jika pembenahan sistem seleksi mahasiswa baru dimaksudkan untuk menyaring mahasiswa sesuai kompetensi dasarnya, perhatian pada kualifikasi yang dituntut pasar kerja dimaksudkan sebagai patokan proses pengolahan kompetensi dasar tersebut. Untuk itu semua, kerja sama Perguruan Tinggi dan dunia kerja adalah perlu.

lanjut e mas...... Read More......

read more

· 0 komentar

Membuat Read More Versi 2

feelar_road

Read More

Lho? maksudnya apa? gini lho kalo read more yang lama, yang sudah pernah dibahas kita bahas dulu (udah baca belum?, kalo belum baca dulu gih disini ),]

kan kalo kita ng-klik tulisan read more atau Baca Selengkapnya itu kita akan membuka halaman baru sehingga akan meloading lagi halaman web kita, ya tho?. Nha Read more yang ini, yang akan kita bahas ini nggak gitu cara kerjanya, cara kerjanya yaitu berangkat jam 08.00 pagi pulang jam 16.00 WIB (emangnya PNS) :D Gini lho cara kerjanya :
Di trik Read more yang baru ini, kita akan membuat link Read more yang jika kita meng-klik link tersebut, maka keseluruhan artikel akan terpampang dibawahnya, jadi tidak perlu meload ke halaman yang lain, contohnya disini. Piye? uenak tho? bagi yang sudah kebelet ingin menyimak trik ini silahkan langsung ikuti trik berikut ini (langsung loncat dua baris ke bawah). Dan bagi yang kebelet mo pipis silahkan ke kamar mandi dulu :D

Lho? maksudnya apa? gini lho kalo read more yang lama, yang sudah pernah dibahas kita bahas dulu (udah baca belum?, kalo belum baca dulu gih disini ), kan kalo kita ng-klik tulisan read more atau Baca Selengkapnya itu kita akan membuka halaman baru sehingga akan meloading lagi halaman web kita, ya tho?. Nha Read more yang ini, yang akan kita bahas ini nggak gitu cara kerjanya, cara kerjanya yaitu berangkat jam 08.00 pagi pulang jam 16.00 WIB (emangnya PNS) Gini lho cara kerjanya :
Di trik Read more yang baru ini, kita akan membuat link Read more yang jika kita meng-klik link tersebut, maka keseluruhan artikel akan terpampang dibawahnya, jadi tidak perlu meload ke halaman yang lain, contohnya disini. Piye? uenak tho? bagi yang sudah kebelet ingin menyimak trik ini silahkan langsung ikuti trik berikut ini (langsung loncat dua baris ke bawah). Dan bagi yang kebelet mo pipis silahkan ke kamar mandi dulu


Berikut ini langkah-langkahnya:

1. Login ke Blogger
2. Pilih Layout --> Edit HTML
3. Kamu mau memback-up template kamu dulu nggak?, kalo iya kilik tulisan Download Template lalu simpan.
4. JBeri tanda centang pada kotak yang bertuliskan Expand Template Widget
5. Kopi kode berikut ini dan taruh tepat diatas kode




11. jadi seluruh kodenya akan menjadi seperti ini :










[+/-] Selengkapnya...







12. Tulisan 'Selengkapnya' dan 'Ringkasan' bisa diganti dengan apa aja kata yang kamu suka.
13. Lalu simpan template.
14. Pilih menu Setting -->> Formatting
15. Di bagian bawah ada kotak yang disampingnya ada tulisan "Post Template", dan isikan kode dibawah ini ke dalamnya lalu simpan setting.






selesai....

Ohya, kalo memposting pilih yang "Edit Html", letakkan abstraksi posting yg akan ditampilkan di halaman muka di atas kode sementara sisanya yaitu keseluruhan posting letakkan di antara kode dan


Trus bagaimana bagi yang sudah pakai 'read more' yang lama dan pingin ganti dengan 'read more' yang baru ini?
gini caranya:

'Read more' yang lama kan kodenya seperti ini :










Read More......


hapus text yang berwarna biru, lalu ikuti langkah-langkah diatas.
oh ya jangan lupa ikuti langkah berikut ini
1. Pilih menu Setting -->> Formatting
2. Di bagian bawah ada kotak yang disampingnya ada tulisan "Post Template", dan isikan kode dibawah ini ke dalamnya lalu simpan setting.







bedanya apa sama read more yang dulu? perhatikan text yang berwarna merah, kalo dulu kan tulisannya "class" sekarang ganti menjadi "id".

Gimana? Sudah bisa belum?
Pinter.... anak siapa siiihhh??? duh lutunya

lanjut e mas...... Read More......

Rabu, 26 November 2008

Profile guru dr donie

· 0 komentar

Katon=guru terkonyol p.Pri=skaNY ngasih soal sebut dan jelaskan p.Naryo=sukanya ngehukum anak" yg buat ulah,dah pelajaranNY bkin ngantuk lg... Bu yulaina=wali gue yg pling gaul n' tau k'inginan murid p.Djajiyanto=guru akuntansi gue yg contoh soalNY bgus2 buat nak remaja p.Yafet=guru baru tpi blagu bu liza synk=guru olga gue ter sexy bikin ank2 smangat olga,pa lg low pemanasan wow..... It guru2 yg gue posting... REKAYASA dri gue Zalacca_kacunx@yahoo.Com

lanjut e mas...... Read More......

Profile guru dr donie

· 0 komentar

lanjut e mas...... Read More......

Selasa, 25 November 2008

film laskar pelangi

· 0 komentar


Laskar Pelangi Dan Fenomena Pendidikan Kita
Ditulis pada Oktober 14, 2008 oleh zainurie






Mendengar kata ‘Laskar Pelangi’, benak kita tentu akan tertuju pada novel tetralogi karangan Andrea Hirata yang rilis tiga tahun lalu. Suksesnya Laskar Pelangi yang mengangkat kehidupan kaum pinggiran nan miskin dan terlupakan di Pulau Belitong (sekarang Provinsi Bangka Belitung) menjadikan tokoh Ikal, Lintang, Mahar dkk sebagai pahlawan-pahlawan baru menggantikan tokoh `si Cowok Idaman’ dalam kebanyakan karya teenlit atau tokoh `Nayla si Trauma Seks’dalam kebanyakan sastra kelamin saat ini. Maka tak heran, bila sejumlah kritikus sastra memandang Laskar Pelangi sebagai fenomena baru, baik di ranah kesusastraan maupun perfilman nasional.Dalam latar kisah sekolah rekaan Andreainilah kita akan menemukan representasi mengkhawatirkan tentang praktik pendidikan formal di Indonesia yang kini tengah menuju pada `kematiannya’ .

PendidikanYang Mana


Sejatinya, pendidikan formal bertujuan membawa manusia keluar dari kungkungan kebodohan (emansipatoris) . Dengan menguasai ilmu pengetahuan secara sistematis, rasional dan bersifat ilmiah, manusia dituntut untuk meninggalkan segala sumber pengetahuan manusia di masa lalu seperti mitos dan tradisi yang tidak rasional dan takhayul.

Maka dengan segala intelektualitas dan pengetahuannya itu, seorang manusia terdidik diharapkan mampu mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang dunia dan mencapai kehidupan yang lebih baik baginya di masa depan. Hal inilah yang direpresentasikan Andrea dalam Laskar Pelangi lewat tuturan tokoh orangtua Lintang pada kalimat berikut:

“Ayahnya . . . menganggap keputusan menyekolahkan Lintang adalah keputusan yang tepat . . . ia berharap Lintang dapat mengeluarkan mereka dari lingkaran kemiskinan yang telah lama mengikat mereka hingga sulit bernapas.“(Laskar Pelangi, halaman 95)

Maksud kalimat ini tentu sangat jelas. Tokoh ayah dan ibu Lintang percaya bahwa dengan menyekolahkan anaknya tersebut, Lintang akan membawa nasib keluarganya menjadi lebih baik di masa depan. Semangat Lintang bersekolah juga digambarkan dengan menempuh perjalanan sejauh empat puluh kilometer dari rumahnya di Tanjong Kelumpang menuju sekolah menggunakan sepeda sejak subuh hari.

Tempat Lintang dan kawan-kawannya bersekolah pun direpresentasikan dengan ideal oleh Andrea. Di sekolah yang mirip `gudang kopra’ itu, pendidikan yang diajarkan SD Muhammadiyah tidak semata berdasarkan standar kurikulum nasional, tetapi juga pendidikan moral, budi pekerti dan agama.

Simak kutipan berikut yang merupakan komentar tokoh Ikal mengenai Bu Mus:

`Beliau sendiri yang menyusun silabus pelajaran Budi Pekerti dan mengajarkan kepada kami sejak dini pandangan-pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan, dan hak-hak asasi . . . Kami diajarkan menggali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik karena kesadaran pribadi. Materi pelajaran Budi Pekerti yang hanya diajarkan di sekolah Muhammadiyah sama sekali tidak seperti kode perilaku formal yang ada dalam konteks legalitas institusional seperti sapta prasetya atau pedoman-pedoman pengamalan lainnya.‘(LP, hal 30-31)

Dari kutipan di atas kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa memang kualitas seseorang yang berpendidikan tidak hanya diukur dengan nilai ujian dan angka di rapornya. Pendidikan yang baik mestilah menyeimbangkan pelajaran ilmu pasti dengan tuntunan agama, perilaku moral dan budi pekerti. Dan pendidikan model begini tentu akan mencetak manusia-manusia yang tak hanya encer otaknya, tapi juga memiliki mentalitas yang baik di kepribadiannya.

Kawan-kawan pembaca tentu akan setuju dengan saya bahwa memang begitulah seharusnya pendidikan formal dipraktikkan. Dan Andrea, lewat fiksinya tengah mengimajinasikan sebuah sekolah dengan konsep pendidikan ideal yang sejalan dengan semangat emansipatoris tadi.

Andrea Hirata dan Masalah Pendidikan

Adalah Iwan Simatupang, seorang tokoh sastra angkatan 70 yang menghabiskan hari-hari terakhirnya di kota Bogor, mengatakan demikian: `Pengarang adalah produk kultural tanah airnya. Setiap karyanya, perbuatannya, pemikirannya, secara inhaerent memantulkan kembali pertautan dirinya dengan tanah air’ (2004:337)

Dalam kata lain, kehidupan seorang pengarang akan selalu dipengaruhi lingkungan sosial-budaya dan bangsa dimana ia hidup. Sehingga apapun persoalan yang tertuang dalam karyanya kelak, seringkali merupakan hasil refleksi pengetahuan dan pengalaman hidupnya atas lingkungannya.

Maka di sinilah saya hendak menempatkan Andrea sebagai seorang pengarang yang tentu tak lepas dari pengaruh lingkungannya. Khususnya mengenai cara pandang Andrea terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia, yang kemudian direpresentasikanny a dalam bentuk fiksi lewat Laskar Pelangi.

Di banyak referensi, kita akan menemui keterangan bahwa Andrea memiliki minat terhadap sains dan dunia pendidikan. Alih-alih sebagai novelis, ia mengaku lebih suka mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi. Maka tak heran bila dalam Laskar Pelangi terdapat banyak kalimat dengan `bumbu-bumbu’ ilmiah yang dipadukannya dengan kisah-kisah sederhana nan memikat.

Menyimak halaman persembahan dalam buku Laskar Pelangi yang ditujukannya untuk dua orang guru masa kecilnya (Muslimah Hafsari dan Harfan Effeny Noor), tampak bahwa dua orang ini tak sekedar tokoh fiksi Laskar Pelangi dalam imajinasi Andrea, tapi juga ada dalam pengetahuan dan pengalaman hidup Andrea sebagai pengarang.

Maka bisa ditafsirkan pula bahwa Andrea merupakan anak ideologis hasil pendidikan ideal ala SD Muhammadiyah di Belitong. Tak keliru bila kita paham bahwa pendidikan ideal tersebut memang benar-benar ada di kehidupan nyata, khususnya kehidupan yang dialami Andrea.

Berangkat dari sinilah, saya menemukan fakta mengkhawatirkan tentang wajah pendidikan formal bangsa kita dewasa ini yang kian jauh dari representasi Andrea tentang pendidikan ideal. Alih-alih menjalankan fungsi emansipatorisnya, wajah pendidikan formal yang dipraktikkan bangsa ini adalah wajah yang bertopeng dalam kepura-puraan dan sangat menakutkan.

Matinya Pendidikan Kita

Sebelum kita melanjutkan bahasan berikut, perlu dipahami kawan-kawan pembaca bahwa kata ‘mati’ yang saya gunakan di sini bukanlah kematian secara fisik, namun ia merupakan metafora yang saya gunakan untuk melukiskan kecenderungan di mana fungsi emansipatoris dalam pendidikan kian menjadi tumpul.

Ketumpulan ini bisa kita lihat dari kecenderungan institusi/ penyelenggara pendidikan di Indonesia kini tengah gencar memproduksi lulusan yang link and match dengan pasar dunia kerja. Sehingga dalam jenjang waktu pendidikan yang singkat, diharapkan para lulusannya bisa memiliki skill praktis dan dengan mudah diserap pasar tenaga kerja.

Jutaan pelajar lulusan sekolah menengah juga kini tengah mengimpi-impikan dapat di fakultas favorit, jenjang kuliah yang singkat,dan setelah lulus mudah mendapatkan pekerjaan. Langkah ini sekilas memang terlihat strategis, mengingat Indonesia hari ini masih dibebani dengan persoalan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

Namun saya sebut ini sebagai ketumpulan fungsi emansipatoris pendidikan yang kelak akan berujung pada matinya pendidikan, sebab ia membuat kita lupa bahwa sekolah dibangun untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan bukan sekedar untuk mempermudah manusia mendapatkan gelar, pekerjaan, jabatan di perusahaan atau pun bergaji besar. Maka tak heran pula bahwa biaya yang dibutuhkan seseorang untuk mengenyam pendidikan, tak bisa dibilang murah.

Kini kian jelas bahwa, pendidikan emansipatoris yang tadinya bertujuan membawa manusia keluar dari kungkungan kebodohan dan mencapai budi pekerti yang baik,kini mulai berbelok ke arah yang pragmatis nan materialistis.

Praktik inilah yang telah lama menyusup ke dalam ruang-ruang kelas kita, catatan-catatan pelajaran kita, buku-buku praktikum yang wajib kita baca, hingga menjangkit ke pola pikir kita yang memandangfungsi kegiatan pendidikan bukan lagi sebagai tindakan yang emansipatoris, tetapi terkapitalisasi untuk sekedar mencari duit dan menjadi robot-robot pekerja yang baik.

Sekali lagi saya tekankan betapa konsep pendidikan yang link and match seperti ini sebagai indikasi matinya pendidikan, sebab lahan kerja yang kelak menyerap tenaga kerja berpendidikan bertujuan pada orientasi bisnis perusahaan (baca: kapitalis) semata, dan bukan berorientasi pada perbaikan struktur dan kultural masyarakat Indonesia. Terlebih lagi, pendidikan link and match model begini, menurut hemat penulis akan semakin menghambat mental kepeloporan, kepemimpinan, kemanusiaan, spiritualitas, dan mentalitas-mentalit as generasi muda Indonesia masa depan.

Pendidikan yang seharusnya dibangun berlandaskan nilai-nilai objektivitas, keilmiahan (scientific), dan kebijaksanaan (virtue) sebagai nilai dasar dalam ilmu pengetahuan, kini dimuati oleh nilai-nilai komersial sebagai ajang pencarian keuntungan (profit) semata. Inilah wajah pendidikan kita yang lebih tunduk pada kekuasaan kapital daripada kebenaran ilmiah dan moral kebangsaan.



Penutup

Apa yang terungkap pada uraian di atas memang terasa ganjil, problematis dan ironis bagi kelangsungan generasi muda intelektual kita saat ini yang membutuhkan kejujuran dunia ilmu pengetahuan. Betapa tidak, kita semua –mau tak mau– adalah bagian dari anak-anak peradaban yang terlanjur lahir dalam sebuah pendangkalan, pemassalan dan komersialisme sebagai praktik pendidikan mutakhir bangsa ini.

Drama matinya pendidikan inilah yang saya tangkap dari pengalaman saya ketika membaca Laskar Pelangi. Sungguh-sungguh sebuah drama yang ditutup dengan ironi ketika tokoh Ikal bertemu dengan Lintang pada dua belas tahun kemudian. Lintang dengan kecerdasan mengagumkan seorang anak pesisir miskin, mesti mengujungkan nasibnya sebagai supir truk pasir di Belitong.

Walhasil, membaca Laskar Pelangi juga membawa saya hanyut dalam perasaan yang sama seperti yang tokoh Ikal ucapkan di penghujung novel ini:

`Dan kata-kata itu semakin menghancurkan hatiku, maka sekarang aku marah, aku kecewa pada kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi. Aku mengutuki orang-orang bodoh sok pintar yang menyombongkan diri, dan anak-anak orang kaya yang menyia-nyiakan kesempatan pendidikan.‘ (LP,hal 472)

Maka sebagai penutup, dengan ditulisnya esai ini saya memang tidak sedang mengajukan pemikiran jitu nan tokcer demi mengatasi permasalahan pendidikan tersebut. Esai ini lebih berniat menjadi apresiasi bagi Andrea dan para sastrawan lainnya yang tak hanya lihat dalam berkata-kata, tapi juga peka dengan permasalahan dan kondisi zamannya.

Mungkin juga ini saatnya kita meninggalkan gaya menulis kita yang melulu berkisah tentang pencarian diri, cinta picisan, ataupun seks. Mari menulis seperti Andrea yang menulis novel tak hanya untuk diri sendiri dan sekedar meraih keuntungan materi, namun juga berkarya untuk membangkitkan kesadaran pembacanya akan perkembangan pendidikan di Indonesia.

Matinya pendidikan di Indonesia mungkin baru kita rasakan sebagian kecil saja, tapi jelas bahwa ia patut untuk diwacanakan secara luas. Kecuali pada suatu nanti di masa depan, siap-siap saja kita dengar lonceng kematian ilmu pengetahuan dan praktik pendidikan berkumandang; lonceng kematian yang dikumandangkan sebagai tanda kemenangan pasar atas wafatnya rasionalitas intelektual bangsa ini.*

lanjut e mas...... Read More......

Senin, 24 November 2008

tips belajar efektif

· 0 komentar

« Cara Menjadi Orang Bijak
Tips Jitu Asah Kreativitas »
Tips Belajar Efektif


Ditulis oleh antontenera di/pada April 6, 2007


Tips-tips dari teman kamu di seluruh dunia soal belajar yang efektif.
1. Selalu ulang kembali pelajaran yang telah didapat. Setelah itu baca singkat dua halaman materi berikutnya buat cari kerangkanya saja. Begitu pelajaran tersebut diterangkan guru esoknya, kamu sudah punya gambaran atau dasarnya, tinggal menambahkan saja apa yang belum kamu tahu. Jadi begitu pulang sekolah, kamu hanya mengulang saja untuk mencari kesimpulan atau ringkasan.
2. Usahakan selalu konsentrasi penuh waktu mendengarkan pelajaran di sekolah. Materi yang kamu dengar bakal mudah dipanggil lagi begitu kamu menghapal ulang pelajaran.
3. Coba untuk mengetik ulang catatan pelajaran ke dalam komputer. Logikanya, dengan mengetik ulang catatan berarti sama saja dengan membaca ulang pelajaran yang baru saja kamu dapat dari sekolah. Materi yang diulang tadi bisa tersimpan di memori otak buat jangka waktu yang lama. Lebih bagus lagi kalo kamu mau membaca kembali atau mempelajari catatan tersebut setelah diketik. Susah lupanya.
4. Cara lain adalah dengan membaca ulang catatan pelajaran kemudian buat kesimpulan dengan kata-katamu sendiri. Supaya dapat terpatri lama di memori, tulis kesimpulan kamu tadi di secarik kertas kecil seukuran kartu nama. Kartu-kartu tersebut efektif untuk mengulang dan membaca singkat kala senggang.
5. Selalu menggunakan buku catatan yang berbeda pada setiap mata pelajaran. Cara ini dinilai lebih teratur sehingga pada waktu ingin mengulang suatu pelajaran kita tidak perlu lagi harus membuka semua buku.
6. Mengulang pelajaran tidak selamanya harus dengan membaca atau menulis. Mengajari teman lain tentang materi yang baru diulang bisa membuatmu selalu ingat akan materi tersebut. Bagusnya lagi, kamu menjadi lebih paham akan materi tersebut.
7. Belajar mendadak menjelang tes memang tidak efektif. Paling nggak sebulan sebelum ulangan adalah masa ideal buat mengulang pelajaran. Materi yang banyak bukan masalah. Caranya : selalu buat ringkasan atau kesimpulan pada setiap pelajaran, kalau perlu pakai tabel atau gambar ilustrasi supaya mudah diingat.
8. Ada beberapa temanmu yang menyukai waktu belajar di siang hari. Maklum, badan masih segar setelah tidur cukup di malam hari, jadi semangat masih tinggi. Kondisi yang bagus tersebut tidak mereka sia-siakan begitu saja. Pagi mereka konsentrasi penuh pada pelajaran di kelas dan siangnya konsentrasi untuk mengulang kembali. Malam hari hanya mereka gunakan untuk mengerjakan aktifitas ringan atau pekerjaan rumah. Jadi tidak pernah ada kata begadang. Boleh juga tuh!
9. Kalau badan capek, bakal susah buat konsentrasinya. Beberapa temanmu menyarankan untuk libur dulu dari acara olah raga atau kegiatan fisik lainnya sehari menjelang ulangan umum.
10. Belajar sambil mendengarkan musik memang asik. Pilih musik yang tenang tapi menggugah. Musik klasik macam Beethoven ato Mozart bisa dicoba. Musik tipe ini cocok banget buat menemani kamu selama mengerjakan tugas yang jawabannya sudah pasti, kayak matematika, ilmu alam atau bahasa asing. Dijamin stamina belajarmu akan selalu berisi dan penuh semangat.

Memang bingung ya kalau semua orang saling memberitahu apa yang harus kamu kerjakan. Paling penting adalah utamakan prioritasmu sendiri. Karena biasanya kita menilai diri sendiri dari apa yang dirasakan, sedang orang lain hanya melihat dari apa yang telah kita hasilkan. Sementara apa yang bisa kita hasilkan hanya kita sendiri yang tahu. Jadi, buat target yang kamu percaya mampu meraihnya bukan apa yang dipikirkan orang lain. Begitu juga dengan cara belajar efektif, pilih cara baik mana yang paling pas dengan kondisimu. Selamat mencoba!

lanjut e mas...... Read More......

XI.IPS.2_TOYAMA

· 2 komentar

INI ADALAH TEMPAT KREASI, BAKAT,N PROFILE DARI KELAS KITA YANG PLING KREATIF INI.

lanjut e mas...... Read More......

soal un

jam

!-- Begin Easy Flash Counter Code --> Locations of visitors to this page

neobux

iklan klikrupiah.com

BidVertiser

Earn money from your website/blog by, selling text links, banner ads - Advertisers can, buy links, from your blog for SEO. Get paid through PayPal Reviewmu.comReviewmu.com Reviewmu.com Reviewmu.com

Reviewmu.com

Reviewmu.com

poto q

admin toyamaips2.blogspot.com